Mendengkur Bisa Membunuh Diam-diam...

Pola Hidup 0 11.175

Malam hari ibarat jam biologis bagi kita untuk beranjak ke peraduan. Dengan tidur, kita melepas segala kepenatan, meregenerasi sel-sel tubuh, dan mengumpulkan energi untuk beraktivitas esok hari. Namun, bagi Winarno, tidur nyenyak merupakan saat berharga yang sulit diraih.

Hampir tiap malam, pria paruh baya ini terganggu tidurnya. Setiap kali tidur, ia mendengkur dengan bunyi keras. Kebisingan suara dengkurannya ini sering mengundang protes orang sekitarnya, terutama keluarga dan teman, yang terganggu tidurnya. "Saya enggak mau nginap di rumah saudara atau teman, takut kalau ngorok," tuturnya.

Selain mendengkur, belakangan ia juga kerap berhenti bernapas saat tidur. Dalam setahun terakhir, ia sering merasa tercekik dan sesak napas terutama saat sore hari. "Setiap kali nonton teve, saya selalu sedia nasi atau makanan panas. Jadi, kalau tiba-tiba sulit bernapas, saya langsung menelan makanan panas biar sedikit lega," ujarnya.

Ia pun makin sulit memulai tidur. Ketika akhirnya bisa tidur, ia berulang kali terbangun lantaran mendadak sulit napas. Tenggorokannya pun terasa kering dan kalau meludah kadang disertai bercak darah. Akibatnya, saat pagi datang, ia malah merasa lesu, tidak bugar dan mudah mengantuk. "Agar bisa konsentrasi kerja, saya terpaksa minum obat tidur kalau malam," kata pria yang bermukim di Kompleks DPR, Kalibata, Jakarta.

Atas saran ahli saraf, ia kemudian berobat ke Klinik Mendengkur Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ternyata, ia didiagnosis menderita henti napas saat tidur (obstructive sleep apnea/OSA). Masalah ini ternyata mengganggu efektivitas pengobatan penyakit jantung koroner yang dideritanya. Untuk itu, ia dianjurkan mengurangi berat badan dan menjalani operasi untuk mengatasi OSA.

Meski sempat diliputi rasa takut, pria yang sehari-hari bekerja sebagai paramedis di Klinik DPR, Senayan, ini akhirnya tidak tahan dengan masalah yang dideritanya dan memutuskan menjalani terapi bedah. Pada operasi pertama, sumbatan yang menutupi sebagian jalan napas dibuka. Tiga bulan berselang, ia menjalani operasi kedua untuk mempersempit bagian lidahnya yang terlalu lebar.

Kini, rasa tercekik atau sulit bernapas yang dulu kerap dialaminya telah lenyap. Suara dengkurannya pun telah berkurang drastis sehingga tidak lagi mengganggu tidur orang-orang di sekitarnya. Ia pun bisa tidur nyenyak tanpa terganggu oleh henti napas dan bisa beraktivitas secara normal sepanjang hari. "Kerja jadi lebih konsentrasi tidak mudah mengantuk," tuturnya.

Masalah mendengkur dan OSA ini ternyata juga dialami banyak orang. Suara dengkur sangat mengganggu ketenangan tidur orang lain. Bahkan, ada suami istri yang terpaksa pisah kamar lantaran salah satu pihak tidak sanggup mendengar pasangannya mendengkur sepanjang malam. Rumah tangga yang baru dibina pun jadi terganggu keharmonisannya.

Timbul komplikasi

Pada umumnya, kita tidur selama enam hingga delapan jam per hari. Bisa dibilang, setengah hingga sepertiga hidup kita digunakan untuk tidur. Menurut spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dr Damayanti Soetjipto dari Departemen THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), tidur memberi kesempatan tubuh meregenerasi, mengganti sel-sel rusak dan menyembuhkan penyakit tubuh.

Jika tidur terganggu, badan kita lemas, konsentrasi rendah, refleks menurun, kehilangan memori, iritabilitas dan kemungkinan kecelakaan lalu lintas. Salah satu gangguan tidur yang kerap dianggap sepele adalah mendengkur, yakni suara getaran saat tidur ketika bernapas lantaran ada sumbatan pada sebagian saluran napas atas. Hal ini biasanya disebabkan getaran langit-langit lunak dan pilar yang membatasi rongga bagian tengah faring.


OSA merupakan berhentinya aliran udara pernapasan selama sepuluh detik atau lebih pada saat tidur akibat jalan napas tersumbat. OSA ditandai, antara lain, dengan kolaps dan terjadi sumbatan sistem saluran napas atas saat tidur dan terkait masalah tidur seperti mendengkur. "OSA dan mendengkur membahayakan jiwa sehingga disebut pembunuh diam-diam," kata Ketua Departemen THT FKUI-RSCM dr Umar Said Dharmabakti.

Selain itu, kualitas hidup penderitanya menurun. Menurut studi yang ada, mendengkur dan OSA meningkatkan risiko hipertensi dua hingga tiga kali, serta meningkatkan risiko dua kali lipat penyakit koroner atau serangan jantung. Pendengkur dan penderita OSA juga berisiko terserang stroke dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak dengan OSA dan mendengkur.

Masalah OSA ini sebenarnya dapat dikenali dari gejala-gejala yang muncul pada malam dan siang hari. Gejala pada malam hari, antara lain mendengkur dengan bunyi keras dan mengganggu, napas berhenti di sela-sela mendengkur dan diakhiri dengan mendengus, rasa sesak dan tercekik yang membuat penderita terbangun, tidur tidak nyenyak lantaran sering terbangun dan berubah posisi.

Siang hari penderita biasanya merasa tidak segar saat bangun, sakit kepala saat pagi hari, nyeri tenggorokan saat bangun tidur, mengantuk berlebihan pada siang hari, kelelahan berkepanjangan, perubahan kepribadian, gangguan konsentrasi dan memori. "Hal ini juga bisa memicu gangguan fungsi seksual," kata spesialis THT dari Departemen THT FKUI-RSCM Syahrial pada simposium "Penatalaksanaan Mendengkur dan OSA", pekan lalu, di Jakarta.

Mendengkur dan OSA umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama pria, usia pertengahan, dan obesitas. Di Amerika Serikat, prevalensi OSA pada kelompok usia di bawah 40 tahun adalah 25 persen pria dan 10 hingga 15 persen perempuan. Adapun pada kelompok usia di atas 40 tahun, prevalensinya mencapai 60 persen pada pria dan 40 persen pada perempuan.

Menurut Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis THT-Bedah Kepala Leher Indonesia Prof Bambang Hermani, dalam makalahnya, sejumlah faktor risiko lain adalah ukuran leher panjang, konsumsi alkohol dan penyakit genetik spesifik. Pada anak-anak, OSA umumnya disebabkan pembesaran amandel. Hasil penelitian terkini menunjukkan, OSA juga disebabkan lokasi penyumbatan saluran napas atas terjadi lebih dari satu titik.

Agar terhindar dari komplikasi penyakit yang membahayakan jiwa pasien, penyebab OSA harus diidentifikasi dan segera diatasi dengan berbagai terapi, baik bedah maupun nonbedah, sesuai kondisi dan tingkat keparahan penyakit pasien. Jadi, penderitanya bisa tidur nyenyak tanpa khawatir mengganggu teman tidur dan dapat beraktivitas secara normal. [kompas]

Tag:

Info Kesehatan Terkait

0 Komentar

  1. Belum ada komentar. Berikan komentar Anda terhadap Mendengkur Bisa Membunuh Diam-diam...

Beri Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *



berkenalan.com
Informasi yang tersedia di DechaCare.com diambil dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter Anda. Kunjungi dokter Anda bila masalah kesehatan atau sakit Anda berlanjut. DechaCare.com tidak bertanggung jawab atas segala dampak yang terjadi atas penggunaan/penyalahgunaan informasi yang disajikan.

Berlangganan Informasi

Dapatkan informasi kesehatan dan informasi obat terupdate dengan mendaftarkan email Anda.


Copyright © 2016 DechaCare.com. Design website oleh adiacipta.com

Back to Top